Rabu, 30 November 2011

what should i do ?

Why did you leave me ?

Nobody loves me like you !! 

Berjalan penuh sesal, namun tetap tak bisa perbaiki semua yang telah terjadi.

Sampai detik ini, ternyata aku masih hancur..
------------------------------------------


Part I


Terus meronta penuh usaha, memohon untuk bisa diberikan cinta oleh seseorang yang baru. Tapi mengapa tak ku dapat cinta tulus darinya? Sandiwarakah kisah ini, yang kubanggakan didepan mereka.. Telah sia-siakah apa yang sudah kulakukan selama ini, jika ternyata dia masih menjaga cintanya kepada orang-orang di masa lalu nya..  


Hem.. Tak ada yang perlu disalahkan, juga tak ada yang bisa dilakukan.. selain menjalani apa yang sudah ditentukan Tuhan ini. Walau ku tahu ternyata dia tidak mencintaiku.. walau justru kisah bersama "mereka" lah yang sangat dia inginkan, bukan dengan ku. T_T


Dan cinta itu bukan hanya hal kesenangan, tapi juga ketenangan/kedamaian. Jika ternyata itu tak bisa ku berikan, what should i do? karena jika ku paksakan, pasti akan menyakitinya. Tetap hargai perasaannya bahkan saat dia belum bisa mencintaiku.

Part II


Terjaga dari mimpi panjang, dengan kenyataan tak seperti yang ku inginkan.. Kembali merasakan sakit, tapi aku tak bisa berbuat apapun, juga tak bisa menyalahkan siapapun..



Ku anggap ini satu langkah dewasakan diriku, belajar lebih sabar dan lebih tegar.. Karena setiap saat pasti akan ada hal baru yang mengejutkan, yang mungkin bisa membahagiakan atau menyakitkan..
Rumput liar.. Batu karang.. aku hanya harus menjadi itu, LAGI... dan aku pasti bisa. amien


Share

Selasa, 22 November 2011

Suamiku Masih Mencintainya_

Aku seorang ibu muda (21 thn), ibu rumah tangga dengan 1 orang anak. Kami sudah menikah hampir dua tahun, masih sangat muda usia pernikahan kami. Aku memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan dan ikut suamiku yang bertugas di luar kota, berharap hubungan kami semakin dekat berhubung perkenalan kami sebelum menikah sangat singkat, bagi kami pacaran saat sudah menikah mungkin akan terasa lebih asyik.

Suamiku Rully, menurutku dia seorang pria yang romantis. Selama kami dekat sebelum memutuskan menikah, dia sangat perhatian, bahkan terlalu memanjakanku. Awalnya aku sedikit khawatir saat dia melamarku, karena mengingat dia pernah mengalami kisah cinta yang tragis sehingga pernikahannya saat itu batal dengan seorang perempuan bernama Sita. Namun berulang kali dia meyakinkan aku bahwa itu hanya kisah lalu tidak memberikan dampak apapun untuk hubungan kami ke depan.

Aku selalu berpikir pernikahan kami sangat bahagia, Apalagi aku dinyatakan hamil, Hanya butuh waktu dua minggu, Rully sangat memanjakan aku dengan kehamilan ini. aku selalu berpikir pernikahan kami baik-baik saja dan akan semakin mesra selanjutnya dengan hadirnya seorang bayi kecil di tengah-tengah kami.

Hingga suatu hari, tepatnya saat aku hamil 7 bulan, aku tak menyangka pagi itu menjadi awal kisah pilu hatiku. Suatu pagi sambil membaca majalah, aku menerima telpon dari seorang wanita paruh baya, dia hanya meninggalkan pesan padaku tanpa sempat aku bertanya banyak tentang siapa wanita ini, aku hanya mengira-ngira saja mungkin usianya sama dengan ibuku.

Tolong sampaikan ke Rully, kalau mama nyari Rully ya…dia segera mengucapkan salam dan menutup telponnya dan membiarkan aku dalam diam dan bertanya-tanya dalam hati. Siapa wanita ini, mengapa dia mencari Rully….” dan sepertinya dia sudah sangat kenal dekat dengan Rully. Kusimpan tanyaku dalam hati sambil menunggu Rully pulang dari kantor.

Sepulang Rully dari kantor kusampaikan pesan itu padanya. ‘”Siapa wanita tua itu tanyaku” ,..sambil menyiapkan minuman hangat untuk nya. Kulihat Rully agak mengerutkan jidatnya seperti sedang berfikir keras, senyumnya agak ditahan sehingga kelihatan sekali perubahan wajahnya, menunjukkkan dia kurang suka dengan pertanyaanku tadi. Mungkin terkesan aku sedang mengintrogasinya bahkan menuduhnya.

“Wanita tua?? Dia balik bertanya sambil mengambil gelas minuman yang sudah aku sediakan untuknya tadi, membiarkan aku menunggu jawabannya dan memintaku mengulangi lagi apa yang baru saja kutanyakan padanya. “Wanita tua itu menamai dirinya “Mama”, kamu tidak punya ibu selain “Ibu” toh?? Aku menambahkan saja.

“Oh, mungkin mama Sita” jawabnya singkat sambil berlalu dari hadapanku seolah – olah itu bukan jawaban yang sangat mengejutkan bagiku. Kukejar dia hingga ke kamar dan berusaha menunjukkan ekspresi wajahku yang setengah kaget dengan jawabannya.

“Rully,..Kenapa Mama Sita masih menghubungimu??...bukankah semua sudah berakhir?? Tiba-tiba emosiku menjadi tinggi, terus terang aku sangat cemburu bila nama “Sita” disebut-sebut dalam kehidupan kami lagi setelah hampir 3 tahun dia hilang dari kehidupan Rully. Rully memandangku penuh Tanya “Hanya Silaturrahmi istriku sayang,..apa kau begitu cemburu padanya bahkan pada mama nya juga…Rully balik menyerangku dengan pertanyaannya. Aku hanya terdiam mungkin benar aku terlalu cemburu pada Sita yang namanya sering disebut-sebut ibu mertuaku, Sita yang kelebihannya sering diungkit-ungkit mertuaku depanku, Sita yang wajahnya cantik seperti kembarannya Dessy Ratnasari, aku yakin wanita manapun akan cemburu jika diperlakukan seperti itu atau mungkin juga karena perubahan emosi selama kehamilanku ini. Ku tarik napas dalam-dalam mencoba menenangkan hatiku yang gundah dan cemburu.

“Sudahlah sayang,..jaga kesehatanmu,ingat anak kita sebentar lagi lahir, tidak usah berfikir yang macam-macam. Rully membelaiku lembut mencoba menenangkan perasaanku yang masih galau. Rully memang selalu tahu bagaimana membuat aku tenang dengan kata-katanya bahkan membuat aku tak pernah bisa marah padanya.

Kegelisahan itu berangsur-angsur mulai pudar, tidak ada perubahan yang signifikan pada Rully pasca telpon dari Mama Sita, dia masih suka membelaiku saat aku kelelahan, dia masih sering memelukku setiap malam. Aku yakin Rully sudah melupakannya dan mencintaiku sepenuhnya sebagai istri dan ibu dari anaknya.


5 bulan kemudian,..

Aku pikir kisah itu telah berlalu, Namun ternyata berlanjut setelah bayi kami lahir. Ibu mertuaku datang untuk melihat dan mengucapkan selamat untuk kelahiran Bidadari kecilku. Bahagia sekali rasanya saat melihat bayi kecil ada di pelukku, Namun kebahagiaan itu berkurang setelah ibu mertuaku memberitahu Sita bahwa anak kami telah lahir. Malah mertuaku juga sempat berseloroh yang menurutku tidak perlu diucapkan ”Wah, ga bisa besanan dong ama Sita, kan anaknya juga perempuan” telingaku terasa panas, saat namanya masih saja disebut-sebut di depanku. Aku hanya tersenyum hambar, mungkin mertuaku tahu aku tidak suka dengan guyonannya tadi.

Ibu mertuaku dulunya memang sangat dekat dengan Sita, bahkan mungkin sudah terlanjur sayang. Aku juga tidak bisa menyalahkannya dan memintanya merubah perasaan sayangnya itu. Namun Aku selalu bertekad bahwa aku juga bisa menyayangi ibu mertuaku lebih dari yang pernah Sita lakukan padanya dulu. Namun dalam Kondisi yang benar-benar belum stabil pasca melahirkan, justru membuat logikaku kadang-kadang susah untuk diajak kompromi, Siapa sih wanita itu, mengapa dia begitu penting di mata ibu Rully atau juga Rully sendiri.. Terlintas juga pertanyaan seperti itu. Bukankah Sita meninggalkan Rully 3 tahun yang lalu, mengapa bayangannya sulit sekali hilang dari keluarga besar Rully, Sita juga sudah berkeluarga, kalau alasannya untuk silaturrahmi mengapa harus menyakiti aku?? Ataukah aku yang terlalu cemburu sehingga tidak bisa menerima kondisi ini.

Aku tidak pernah secemburu ini pada seorang wanita yang tidak pernah mengganggu hubungan kami secara langsung, Sita mungkin di sana baik-baik saja, jangankan menelpon suamiku, mengirim pesan saja dia tidak pernah. Namun mengapa dia begitu membuatku sesak, aku tidak tahu apakah karena alasan dia lebih baik dari segala hal dibandingkan aku, atau perasaanku yang berkata bahwa namanya masih tersimpan rapi di sudut hati Rully.

Aku memang pencemburu, Namun aku tidak pernah bertindak di luar kewajaran, seperti mengutak-atik handphone, dompet bahkan Facebook Rully, hingga di sabtu pagi saat Rully lupa membawa handphone GSMnya ke bengkel. Aku pikir aku harus memberitahunya, berarti aku harus menelpon kenomernya yang lain. Saat mencari nomer di contact, aku hanya sedikit aneh dengan nama yang ditulis dengan angka “5174”, entah apa maksudnya yang pasti aku menjadi penasaran. Kutelusuri nomernya dan mencoba mencari mungkin masih ada pesan yang tertinggal. “Yup,..masih ada sent item”….mataku terasa tak berkedip sedikitpun. Sent Item 1 ….. “Entah mengapa tiba-tiba aku Sangat merindukanmu, merindukan saat-saat kita bersama dulu, kau selalu tau bagaimana membuat aku bahagia”,.. Tiba-tiba jantungku berdebar kencang, mataku terasa berair, siapa lagi wanita ini, siapa yang sedang dirindukan Rully. Mungkinkah 5174 itu berarti SITA???,..hatiku semakin hancur membaca pesan-pesan yang lainnya. Ternyata Rully masih tetap menghubungi Sita tanpa sepengetahuanku.

Sent item 2 … “Mengapa kau tak pernah membalas pesan-pesanku, kau sungguh membuatku kacau. Aku sungguh sedih jika ternyata kau berbahagia dengan suamimu, aku cemburu karena perasaanku padamu tak pernah berubah, aku masih tetap seperti dulu. Masih mencintaimu.”
Sent item 3 ……“aku mencintai Ayu karena dia ibu dari anakku, Namun tak melebihi cintaku padamu yang tak mampu kuungkapkan dengan kata-kata apapun, mungkin seperti darah dalam tubuhku yang terus mengalir dan mengisi tiap organ-organ tubuhku”

Suamiku Masih Mencintainya, apa yang harus kulakukan…. ??

Share

Template by:

Free Blog Templates